SajianSedap.com - Publik tentu masih ingat dengan sosok Dr Ryan Thamrin.
Mendiang Dr Ryan Thamrin dikenal dengan sebutan Dr OZ Indonesia.
Beliau juga aktif membagikan soal info kesehatan di media sosialnya.
Kepergian Dr Ryan Thamrin memang mengejutkan.
Ditambah lagi beredar foto sebelum mendiang meninggal.
Dalam foto tersebut, tampak tubuh Dr Ryan sangat kurus.
Padahal sepanjang hidupnya, Dr Ryan memiliki tubuh yang sehat dan peduli akan kesehatan masyarakat.
Dokter yang bernama asli Hesta Meiriansyah ini sempat menghilang usai mengundurkan diri sebagai pembawa acara dr. OZ yang cukup fenomenal.
Ia meninggalkan banyak penggemar di acara yang dipandunya itu.
Hingga saat ini, penyebab kepergian dr. Ryan masih menjadi misteri yang tak kunjung terpecahkan.
Banyak versi yang menyebutkan bahwa almarhum meninggal karena maag hingga sakit kanker otak.
Namun, Kedua penyakit di atas masih menjadi perdebatan di kalangan masyarakat, sebab belum ada bukti medis tentang penyakit apa yang sebenarnya diderita.
Ibunda almarhum, Fahmiah Asad atau Mia Thamrin, melalui sebuah tayangan infotainment mengatakan, kemungkinan putranya menderita maag.
Mia pun mengungkapkan kebiasaan makan anaknya sebelum menempuh pendidikan dokter di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Kebiasaan makan itu kemungkinan memicu timbulnya penyakit maag yang merenggut nyawa anaknya.
"Kemungkinan lambungnya sudah tidak bisa bertahan, yang pasti pada saat bulan Januari lalu saat check, lambungnya yang kena," ujar Mia.
Penyakit yang diderita dr. Ryan erat kaitannya dengan kebiasaan mengonsumsi mi instan ketika masih muda.
Kebiasaan makan mi instan pun bertambah ketika dr. Ryan tinggal di Jakarta, saking padatnya jadwal dr. Ryan sering lupa mengatur pola makan, walaupun dirinya adalah seorang dokter.
Dikutip dari The Straits Times, Profesor dari Harvard dan ahli diet Mount Elizabeth Hospital, Seow Vi Vien menjelaskan batas makan mi instan dalam seminggu adalah satu sampai dua kali.
Sebab, mi instan memang memiliki banyak kalori namun tidak memiliki banyak nutrisi.
Sementara itu, dirangkum dari laman Cement Answer dan The New York Times, sebaiknya makan mi instan hanya satu kali hingga dua kali dalam sebulan.
Hal itu diungkapkan oleh Dr. Frank B. Hu, profesor nutrisi dan epidemiologi di Harvard.
Jika ingin mengonsumsi mi instan setiap minggu, maka harus diselingi dengan konsumsi sayuran dan buah-buahan agar tidak kekurangan nutrisi penting yang dibutuhkan tubuh.
Sedangkan, jika mengonsumsi mi instan sebanyak tiga kali bahkan lebih dari itu maka diyakini dapat menimbulkan masalah kesehatan terutama sindrom metabolisme tubuh.
Namun, jika masih ingin tetap makan mi instan, kita harus tahu cara masaknya yang sehat.
Ada beberapa hal yang patut diperhatikan saat masak mi instan.
1. Buang air rebusan awal mie instan
Pertama, yang wajib dilakukan adalah membuat air rebusan awal mi instan,
Kenapa? Hal ini dikarenakan saat merebus mie maka kandungan zat pengawet akan ikut larut ke dalam air.
Dengan membuangnya dan mengganti dengan air panas yang baru (untuk mie kuah) maka zat pengawet tidak akan ikut termakan.
2. Jangan pakai bumbu di dalam kemasan mie
Setiap mie instan memiliki bumbu yang berbeda-beda.
Bumbu bersachet kecil di mie instan inilah yang mengandung MSG.
Sebaiknya bikin sendiri bumbu dengan bahan alami dapur.
Caranya mudah, beri sedikit garam, bawang putih, bawang merah, lada, dan ketumbar yang sudah dihaluskan.
Itu akan jauh lebih menyehatkan daripada makan hanya dengan bumbu bawaannya.
3. Campur dengan sayuran
Sebenarnya dalam bungkus mie instan selalu terpampang jelas ada beragam sayuran, daging dan telur sebagai pelengkap sajian mie instan entah itu goreng atau kuah.
Terkadang konsumen acuh akan hal itu.
Namun sangat-sangat dianjurkan jika kita hendak memasak mie selalu campurkan sayuran, daging dan telur.
Menambahkan sayur, daging, atau telur akan melengkapi nutrisi yang tidak ada di dalam mie instan.
KOMENTAR