Sajian-Sedap.com - Badan Pangan Dunia (FAO) dalam rilisnya tertanggal 21 April 2020 mengingatkan krisis pangan, dan yang menjadi cacatan, bahaya stunting di Indonesia.
Sebab angka prevalensi stunting terakhir di Indonesia menunjukan sebesar 27,67%.
Angka tersebut tentunya masih di atas yang disyaratkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni minimal 20%.
Karena stunting erat kaitannya dan tidak bisa dipisahkan dengan gizi kurang, apa jadinya jika masih ditemukannya anak-anak Indonesi dengan gizi kurang. Tentu menekan angka stunting semakin sulit.
Arif Hidayat Ketua Harian Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI), saat menjadi pembicara dalam acara Webinar Nasional I Bidang Kesehatan PP Muslimat NU, yang mengangkat topik ‘Mencetak Ibu Milenial Pembangun Generasi Emas 2045 di Era Pandemi Covid-19’ (11 Agustus 2020), memaparkan fakta-fakta mengejutkan.
Baca Juga: Fix, Menteri Muhajir Ingin Indonesia Terapkan Herd Immunity, Tapi Ini Syaratnya
Fakta-fakta itu didapatnya dari hasil survei yang dilakukan oleh PP Aisyiyah, mengenai persepsi masyarakat tentang susu kental manis terhadap 2700 ibu yang memiliki anak usia 0-59 bulan (0-5 tahun) pada 2019, di 9 kota/kabupaten di 3 Provinsi; Aceh, Kalimantan Tengah, dan Sulawesi Utara. Hasilnya;
* 14.5% Anak dengan gizi buruk mengonsumsi SKM/KKM lebih dari 1 kali dalam sehari.
Baca Juga: Studi: Orang yang Berbicara Menggunakan Bahasa Inggris Lebih Mudah Terpapar Virus Corona
* 29.1% anak dengan status gizi kurang mengonsumsi SKM/KKM lebih dari 1 kali dalam sehari.
* 56.4% anak dengan gizi cukup tidak mengonsumsi susu kental manis.
Adapun anak-anak bisa mendapatkan susu kental manis, menurut Arif Hidayat dari orangtuanya. Buktinya hasil survei berikut ini;
Artikel selengkapnya klik GridHEALTH.id dengan judul '29.1 Persen Anak dari 2700 Ibu Mengalami Gizi Kurang, Minum Susu Kental Manis Lebih dari 1 Kali Sehari', atau KLIK DI SINI.(*)
Baca Juga: Palestina dan Israel Dilanda Pandemi, Masjid Al Aqsa Ditutup 3 Minggu
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR