Jangan salah memilih cobekan dan ulekan. Sebab hal ini ternyata mempengaruhi rasa bahkan kesehatan.
Alat penting untuk membuat sambal dan bumbu halus Nusantara ini, kini tidak semuanya 100 persen terbuat dari batu asli.
"Penghasil cobek terbaik ada di Muntilan, Magelang. Biasanya cobek dibuat dari batu andesit," kata Brand Director Kaum, Lisa Virgiano di acara workshop membuat sambal restoran KAUM, Jakarta, Rabu (21/3/2018).
Cobek bermutu baik menurut Lisa bukan berwarna hitam, melainkan abu-abu seperti warna alami batu.
Jika menemukan cobek berwarna hitam, agaknya harus dicurigai keasliannya karena umumnya warna hitam didapat dari cat.
"Kalau beli cobek, bisa coba digesek dulu pakai benda keras. Jika ada garis warna putih, berarti itu dicat," kata koki KAUM, Rachmad Hidayat.
Selain cobek yang dicat, di pasaran juga terdapat cobek campuran batu, pasir, dan semen.
Umumnya menurut Rachmad bobot cobekan campuran semen lebih ringan ketimbang cobekan batu asli.
Cobek yang dicat dan menggunakan campuran berefek pada kesehatan orang yang bersantap makanan.
Sebab cobek merupakan alat untuk menghancurkan bahan makanan secara alami.
"Untuk ulekan, pilih ulekan yang berat karena semakin berat, semakin bagus untuk mengulek," kata Rachmad.
Baca Juga: Ibu-ibu Sering Gak Sadar, 3 Kebiasaan Ini Bikin Cobek Batu Gampang Berjamur, Apa Saja Ya?
Ulekan juga ternyata memiliki kerapatan pori-pori batu yang berbeda. Ada yang halus, ada yang kasar.
Besaran pori-pori batu ini pada akhirnya memengaruhi hasil ulekan menjadi lebih kasar atau lebih halus.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul 4 Cara Rawat Cobek agar Tidak Mudah Berjamur, Pakai Ampas Kelapa
Source | : | Kompas |
Penulis | : | Amelia Pertamasari |
Editor | : | Raka |
KOMENTAR