Pangiastika menyebut saat ini deterjen-deterjen komersial yang beredar di Indonesia banyak mengandung surfatan dan toksik.
Kondisi ini yang kemudian menyebabkan deterjen menimbulkan busa yang banyak.
"Padahal deterjen yang mengandung busa yang banyak justru mengindikasikan deterjen tersebut berbahaya dan tidak ramah linkungan. Karena bisa memperlambat atau bahkan menghambat perkembangan organisme yang hidup di air," ujar mahasiswa Teknik Kimia Angkatan 2013 ini.
Untuk deterjen cair ramah lingkungan yang mereka temukan, Pangiastika menyebut bahan bakunya terbuat dari minyak kelapa sawit yang dicampur dengan formula zat kimia.
Ia menyebut kombinasi ini jika digunakan dapat memunculkan senyawa nanopartikel titania yang diklaim tidak hanya ramah lingkunan, tapi juga dapat mendegradasi partikel-partikel jahat yang mencemari lingkungan, termasuk yang berasal dari deterjen komersial.
"Senyawa titania yang terkena sinar matahari justru bisa mendegradasi partikel-partikel berbahaya yang ada di sungai," ujar Titania.
Ditemani seorang rekannya, Uli Amrina, Pangiastika sempat mendemonstrasikan cara pembuatan deterjen cair ramah lingkungan dengan formula yang mereka temukan.
Praktek ini dilakukan di laboratorium kimia Fakultas Teknik UI.
Tidak hanya itu, keduanya juga menguji coba deterjen ke sebuah lembar kain putih yang kotor.
Kain kemudian dimasukan ke dalam gelas berisi air yang sudah dicampur dengan deterjen.
Dalam uji coba ini, mereka juga menggunakan dua deterjen lain sebagai pembanding.
Baca Juga: Cara Ampuh Hilangkan Lumut di Genting Rumah, Ternyata Bisa Gunakan Deterjen, Cara Pakainya Gampang!
KOMENTAR