Tidak hanya dari bahan-bahannya yang dipandang sebelah mata, tetapi juga sejarah dibalik kemunculannya yang sangat tak terduga membuat sate ini menjadi menu makanan yang sangat istimewa.
Sate Kere merujuk pada kata “kere” dalam Bahasa Jawa yang memiliki arti miskin atau tidak memiliki uang.
Hal ini didasarkan pada zaman pendudukan Belanda, yang menyantap sate ini adalah orang pribumi yang berasal dari kalangan tidak mampu.
Hal ini dikarenakan pada waktu itu bahan baku pembuatan sate seperti daging memiliki harga yang cukup tinggi.
Sehingga rakyat pribumi pada waktu itu mengganti daging dengan ampas tahu atau tempe gembus, dan jeroan sebagai pengganti daging.
Kemudian dari situlah penamaan Sate Kere muncul.
Konon katanya, Sate Kere merupakan hasil kreatifitas dari masyarakat dalam memanfaatkan bahan makanan yang dibuang oleh kaum kulit putih atau kalangan atas pada masa pendudukan Belanda.
Sate ini juga merupakan sebuah counter culture atau budaya tanding yang dibuat kaum penjajah terhadap sang penjajah.
Jika si penjajah karena kekuasaan dan kekayaannya mampu menikmati sate daging, maka kaum miskin atau pribumi yang terjajah hanya bisa memanfaatkan sisa-sisanya.
Maka dari itu tak heran jika Sate Kere adalah makanan yang umum dimakan oleh kaum miskin atau kere.
Dulu jadi makanan kaum tidak mampu, kini Sate Kere dikenal akan citarasa yang khas dan lezat sehingga membuat siapapun yang menyantapnya langsung jatuh cinta dengan citarasanya.
Baca Juga: Ternyata Murah, Ini Harga Franchise Es Teh Manis Solo, Yang Minat Cek Syarat dan Modalnya
KOMENTAR