SajianSedap.com - Banyak hidangan yang dipadukan dengan telur biasanya hanya dimasak dengan setengah matang.
Banyak orang memang menyukai sajian telur yang setengah matang.
Biasanya ketika dicampur dengan makanan, rasa makanan menjadi lebih gurih.
Bahkan beberapa makanan lebih nikmat ketika dipadukan dengan telur setengah matang.
Namun dibalik kenikmatan telur setengah matang, ternyata menyimpan bahaya yang mengintai.
Bagaimana hal ini bisa terjadi?
Telur setengah matang apabila dikonsumsi rupanya bisa membahanyakan kesehatan.
Melansir Health Line, telur setengah matang masih mungkin mengandung Salmonella, sejenis bakteri yang mudah menyebabkan penyakit.
Bakteri Salmonella ini bukan hanya dapat ditemukan di cangkang telur, tapi juga di dalam telur.
Jika telur dikonsumsi setengah matang, maka ada kemungkinan bakteri Salmonella yang ada pada telur belum mati karena suhu tidak panas.
Mengonsumsi telur setengah matang yang terkontaminasi bakteri ini dapat menyebabkan keracunan makanan Salmonella.
Baca Juga: Tak Perlu Jajan di Luar Lagi, 5 Resep Telur Gulung Super Enak Ini Wajib Dicoba di Rumah!
Beberapa gejala keracunan makanan atau infeksi Salmonella yang bisa terjadi, termasuk keram perut, diare, perut mual, demam dan sakit kepala.
Gejala ini biasanya muncul 6 hingga 48 jam setelah makan makanan yang terkontaminasi bakteri dan dapat berlangsung 3 hingga 7 hari.
Untungnya, risiko telur terkontaminasi bakteri Salmonella saat ini mungkin sudah rendah.
Beberapa perbaikan mungkin telah dilakukan dalam pemrosesan telur yang dapat menyebabkan lebih sedikit kasus infeksi Salmonella.
Perubahan ini termasuk pasteurisasi.
Proses ini menggunakan perlakuan panas untuk mengurangi jumlah bakteri dan mikroorganisme lain dalam makanan.
Meski demikian, untuk meminimalkan risiko infeksi Salmonella, menyantap telur matang sempurna mungkin adalah pilihan yang lebih baik daripada makan telur setengah matang.
Selain itu ada 3 kondisi orang yang sebaiknya menghindari konsumsi telur setengah matang ini.
Pada beberapa orang, hal itu bisa berakibat serius atau bahkan fatal.
Pada bayi dan anak kecil, kelompok usia dini lebih rentan terhadap infeksi karena sistem kekebalan yang belum matang.
Yang kedua adalah ibu hamil.
Meski jarang terjadi, infeksi Salmonella tetap saja dapat menyebabkan kram di rahim wanita hamil yang dapat menyebabkan kelahiran prematur atau lahir mati.
Ketika adalah lansia.
Orang yang berusia di atas 65 tahun lebih mungkin meninggal karena infeksi yang ditularkan melalui makanan.
Faktor yang berkontribusi termasuk malnutrisi dan perubahan terkait usia pada sistem pencernaan.
Individu dengan gangguan kekebalan sistem kekebalan lebih lemah dan lebih rentan terhadap infeksi pada orang dengan penyakit kronis.
Orang dengan diabetes, HIV, dan tumor ganas termasuk di antara mereka yang dianjurkan untuk tidak makan telur mentah atau telur setengah matang.
Meski telur setengah matang bagi sebagian orang nikmat, namun kandungan proteinnya ternyata tidka sebanyak telur matang.
Ini karena penelitian menunjukkan bahwa penyerapan protein pada telur matang lebih banyak daripada telur mentah.
Sebuah studi kecil yang telah diterbikan dalam The Journal of Nutrition pada 1998, membandingkan penyerapan protein dari telur yang dimasak sempurna dan mentah pada 5 orang.
Studi tersebut menemukan bahwa 90 persen protein dalam telur matang terserap, tetapi hanya 50 persen dalam telur mentah.
Dengan kata lain, protein dalam telur yang dimasak 80 persen lebih mudah dicerna daripada protein dalam telur mentah.
Meskipun protein lebih baik diserap dari telur yang dimasak, beberapa nutrisi lain mungkin sedikit berkurang dengan proses pemasakan.
Ini termasuk vitamin A, vitamin B5, fosfor dan kalium.
Wah dengan beberapa fakta ini sebaiknya Anda berhati ketika mengonsumsi telur setengah matang ya.
Baca Juga: Bukan Daging Kambing, Berikut Ini 5 Makanan Penyubur Pria, Salah Satunya Ternyata Telur?
Penulis | : | Idam Rosyda |
Editor | : | Idam Rosyda |
KOMENTAR