Biasanya, Munjung dilakukan mendekati Lebaran di mana adik atau anak mengunjungi kakak atau orang tua. Mereka membawa rantang sebagai wadah nasi dan lauk untuk ‘dipunjung’.
Baca Juga: Uniknya Sambal Khas Indonesia, Ada yang Pakai Udang hingga Kecombrang
Selain Munjung, ada pula tradisi bernama Nganteuran atau tukar rantang. Tradisi ini biasa dilakukan turun temurun.
“Di dalam rantang, ada nasi, bakakak (ayam panggang) udud (rokok), gula, kopi, dan ragam buah-buahan. Hantaran tersebut juga biasanya dibalas oleh lauk-pauk juga dengan selipan amplop berisi uang,” jelas Wira.
Kemudian di Bali ada tradisi Ngejot, yakni memberi makanan dan minuman kepada tetangga yang sudah membudaya bagi umat Islam di Bali menjelang hari raya Idul Fitri.
Tradisi Ngejot ini telah dilakukan sejak zaman dahulu bagi umat Islam oleh para leluhurnya.
Ngejot dilakukan sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada sesama saudara dalam memupuk kebersamaan yang dikenal dengan nama ‘menyambraya’.
“(Tradisi Ngejot) jadi simbol kerukunan antarumat beragama sehingga tetap mesra dan harmonis, serta pembelajaran kepada anak-anak di usia dini untuk selalu meningkatkan pemahaman tentang kerukunan umat beragama sebagai bentuk penerapan dari Bhinneka Tunggal Ika,” tutur Wira.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Sejarah Tradisi Berbagi Bingkisan Jelang Lebaran di Indonesia
Source | : | Kompas |
Penulis | : | Amelia Pertamasari |
Editor | : | Raka |
KOMENTAR