Sejak itu masyarakat Banyumas mengenal dawet asal Banjarnegara dengan sebutan “dawet ayu”.
Lirik lagunya sederhana, tapi berkesan.
Lagu ini bercerita tentang seorang adik yang bertanya kepada kakaknya mau piknik ke mana?
Jangan lupa bei dawet Banjarnegara yang segar, dingin, dan manis.
Dalam versi kedua penamaan dawet ayu berdasarkan cerita turun termurun, ada sebuah keluarga yang berjualan dawet sejak abad ke 20.
Pada generasi ketiga pedagang tersebut dikenal dengan parasya yang cantik, maka dawet yang dijual pun disebut orang sebagai dawet ayu.
Menurut tokoh agama masyarakat Banyumas, Kiai Haki Khatibul Umam Wiranu, dawet ayu muncul dari pedagang yang bernama Munarjo.
Munarjo sendiri mempunyai istri yang cantik, sehingga dawetnya disebut dawet ayu, dan dahulu mereka tinggal di Kelurahan Rejasa Banjarnegara.
Apa yang membedakan dawet khas Bajarnegara dengan dawet olahan daerah lainnya?
Jika es dawet jepara menggunakan sagu aren, maka sedikit berbeda dengan es dawet ayu khas Banjarnegara yang menggunakan tepung beras dan tepung beras ketan.
Baca Juga: Se-cup Cuma Rp 5 Ribu, Ini Asal Mula Es Podeng yang Sudah Ada Sejak Jaman Kolonial
KOMENTAR