SajianSedap.com - Lebaran merupakan hari raya yang dirayakan oleh umat Muslim di seluruh dunia sebagai penutup dari bulan Ramadan.
Tradisi Lebaran memiliki banyak aspek yang berbeda-beda dari satu tempat ke tempat lain.
Tetapi secara umum, terdapat beberapa tradisi yang umum dilakukan oleh umat Muslim dalam merayakan Lebaran, salah satunya menyajikan makanan khas Lebaran.
Di berbagai negara, terdapat makanan khas yang menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Lebaran.
Contohnya di Indonesia ada ketupat dan opor ayam yang menjadi hidangan spesial untuk disantap bersama keluarga dan kerabat.
Kedua hidangan ini selalu tersaji di meja makan ketika hari kemenangan.
Bukan hanya nikmat, ada makna atau filosofi mendalam kedua hidangan ini dihadirkan saat momen lebaran.
Simak berikut penjelasannya.
Perpaduan ketupat dan opor ayam ternyata tak hanya sekadar cocok dari rasa saja, tapi ada kisah yang lekat dengan kebiasaan masyarakat Nusantara, membuat kedua hidangan ini seakan tak terpisahkan.
Menurut Travelling Chef Wira Hardiansyah, keterkaitan ketupat dan opor ayam ini ternyata berhubungan dengan kebiasaan orang Nusantara yang disebut ‘otak atik gathuk’ atau mencocokkan sesuatu sebagai tanda pengingat.
“Atau ‘pangeling eling’ yang dikaitkan dengan aspek kehidupan hablum minannaas (manusia dengan segala ciptaan Tuhan) dan hablum minallah (manusia dengan Tuhan),” jelas Chef Wira pada Kompas.com, Kamis (21/5/2020).
Baca Juga: Asal-usul Makanan Memek, Salah Satu Makanan Khas Aceh saat Bulan Ramadhan
“Itulah kenapa ‘otak atik gathuk’ selalu mendapat tempat tertinggi di masyarakat,” sambung dia.
Ketupat, kata Wira, pada awalnya bernama kupat yang merupakan singkatan dari laku papat yaitu cipta (pikiran), rasa, karsa (sikap), dan karya (perbuatan) atau segala tindakan yang berhubungan dengan kehidupan diri sebagai manusia.
Sementara opor, berasal dari ajaran konsep kehidupan yaitu ‘apura-ingapura’ atau ‘ngapuro’ yang berarti maaf memaafkan.
“Sedangkan Lebaran diambil dari kata leburan, yaitu peleburan dosa-dosa kita. Itulah kenapa ketupat dan opor selalu disandingkan pada saat hari raya,” papar Chef Wira.
Ketupat dan opor konon telah dipasangkan bahkan pada masa pra-Islam.
Ketupat dan opor dipasangkan karena maknanya meminta maaf atas segala kesalahan baik tindakan juga pikiran buruk atas sesuatu atau seseorang.
Menurut Chef Wira, opor sendiri merupakan bentuk asimilasi budaya orang-orang Nusantara. Opor konon diadopsi dari Kerajaan Mughal di India.
Sajian tersebut bernama ‘qorma’ yang diambil dari bahasa Urdu yaitu teknik memasak daging dengan menggunakan yoghurt dan/atau susu.
Sementara di Nusantara, sajian qorma ini diasimilasi menjadi menggunakan santan.
Sajian ini mulai masuk ke Nusantara, menurut Chef Wira, sekitar abad ke-15 dan bisa ditemukan di daerah pesisir.
“Karena catatan abad ke-16 telah ramai saudagar-saudagar India yang berdagang di pesisir pantai,” pungkasnya.
Baca Juga: Asal-usul Bubur India, Sajian Khas Buka Puasa di Masjid Pekojan Semarang Selama Ratusan tahun
Dalam perkembangannya, opor di Indonesia disesuaikan dengan selera lokal. Kuah santannya menjadi tidak sepekat gulai dan kari.
"Opor berkembang pesat di Jawa, mempertimbangkan selera orang Jawa yang tidak banyak menggunakan rempah-rempah yang pekat," lanjut penulis Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia tersebut.
Opor Lebaran memiliki dua warna kuah yang berbeda, kuah berwarna kuning dan putih.
Kuah yang berwarna kuning berasal dari kunyit yang dipengaruhi budaya India.
Sementara kuah putih berasal dari perbaduan kuliner Tionghoa dan Jawa dengan jumlah santan lebih banyak.
Tidak hanya bagi umat Islam di Indonesia, opor juga identik dalam perayaan Cap Go Meh.
Bedanya, opor Lebaran menggunakan ketupat, sementara Cap Go Meh dirayakan dengan hidangan opor dengan lontong.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Kenapa Ketupat Identik dengan Opor Ayam Saat Lebaran? Ternyata Ini Maknanya...
Baca Juga: Gulai Kemba'ang, Makanan Khas Bengkulu dari Iga Sapi dan Daun Talas yang Hanya Ada di Bulan Ramadhan
5 Cara Aman Hilangkan Panu di Kulit, Gak Perlu Obat Tetes yang Rasanya Panas saat Dipakai
Source | : | Kompas |
Penulis | : | Amelia Pertamasari |
Editor | : | Raka |
KOMENTAR