SajianSedap.com - Beberapa waktu terakhir, banyak daerah di Indonesia mengalami kenaikan kasus demam berdarah.
Bahkan tak sedikit pula tren kenaikan orang meninggal akibat penyakit demam berdarah ini.
Penyakit ini disebabkan oleh empat jenis virus dengue. Virus ini ditularkan melalui gigitan nyamuk betina Aedes Aegypti dan bisa dengan mudah menginfeksi anak-anak.
Gejala biasanya dimulai tiga sampai empat belas hari setelah infeksi. Ini mungkin termasuk demam tinggi, sakit kepala, muntah, nyeri otot dan sendi, dan ruam kulit yang khas.
Untuk itu, Anda harus lebih berhati-hati agar terhindar dari penyakit ini.
Meskipun belum ada obat untuk penyakit ini, satu-satunya pilihan adalah mengatasi gejalanya dan menghentikan penurunan jumlah trombosit lebih jauh.
Memiliki pola makan yang baik juga dapat membantu menstabilkan kesehatanmu dan menjaga jumlah trombosit agar tidak turun lebih jauh.
Selain makanan bisa membantu penyembuhannya, beberapa makanan tertentu juga bisa berdampak buruk bagi penderita DBD.
Jadi hindari beberapa makanan yang dilarang bagi penderita DBD berikut ini.
Kepala Unit Gizi RS JIH Solo, Himaa Aliya, S.Gz, menerangkan agar gejalanya tak semakin parah, orang dengan DBD dianjurkan menjaga pola makan seimbang.
Menurut dia, ada beberapa jenis makanan yang tak dianjurkan untuk dikonsumsi para penderita karena efek sampingnya. Berikut di antaranya:
Baca Juga: 5 Buah yang Bisa Bikin Trombosit Melejit, Penderita DBD Bisa Sering Konsumsi
Himaa menganjurkan para penderita DBD yang tengah dalam masa penyembuhan tak diberikan makanan bersifat asam.
Pasalnya, makanan asam dapat memicu sakit lain seperti rasa tidak nyaman di perut, mual, hingga naikan asam lambung. Beberapa jenis makanan asam, di antaranya buah jeruk, anggur, nanas, kedonding, dan mangga muda.
"Dikhawatirkan jika ada riwayat maag, nanti asam lambungnya naik jika mengonsumsi makan asam," terang Himaa saat diwawancarai Kompas.
Namun jika buah-buahan tersebut berasa manis, menurut dia, masih cukup aman dikonsumsi orang yang mengidap DBD.
"Pada dasarnya buah buahan yang asam itu cenderung dapat menaikkan asam lambung," jelas dia.
Himaa juga menganjurkan para penderita DBD tak lebih dulu mengonsusi makanan pedas. Hal itu dikarenakan makan makanan pedas bisa memicu diare.
Kondisi ini tentu dapat memperburuk kondisi penderita DBD yang cenderung tengah mengalami dehidrasi.
Selain itu, makanan pedas mengandung cabai juga bisa menyebabkan penderita DBD kurang beristirahat karena menjadi sulit tidur. Pasalnya, makanan pedas diketahui dapat meningkatkan suhu tubuh dan waktu terjaga.
"Saat masa penyembuhan DBD, usahakan jangan dulu para pasien mengonsumsi makanan pedas karena dapat memicu rasa tidak nyaman di perut," jelas Himaa.
Penerita DBD juga dianjurkan untuk tidak makan-makanan berminyak seperti gorengan. Konsumsi makanan dengan jumlah minyak yang berlebih akan memberikan tekanan pada sistem pencernaan.
Seperti diketahui, di antara zat gizi lainnya, lemak tergolong yang paling lambat untuk bisa dicerna dan memerlukan enzim untuk memecahnya.
Kondisi ini akhirnya membuat sistem pencernaan bekerja lebih berat untuk memecah lemak yang berasal dari makanan berminyak.
Gejala yang paling umum terjadi ketika seseorang mengalami gangguan pencernaan akibat mengonsumsi makanan berminyak, yakni sakit perut dan diare.
Kondisi ini jelas tidak menguntungkan mengingat penderita DBD kemungkinan tengah mengalami dehidrasi.
Penyakit demam berdarah disebabkan oleh gigitan nyamuk. Musim hujan menyebabkan lebih banyak 'kantong’ untuk menampung genangan air atau tempat nyamuk berkembang biak di sekitar lingkungan.
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk adalah:
- Menutup wadah, lubang, atau genangan air
- Buang semua sampah yang dapat menampung air hujan
- Menguras bak kamar mandi secara rutin
- Fogging Rutin memotong rumput
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul 3 Jenis Makanan Ini Sebaiknya Dihindari Penderita Demam Berdarah (DBD)
Manfaat dan Penggunaan Tawas, Benarkah Bahan Kimia Ini Ampuh untuk Mengusir Bau Badan?
Source | : | Kompas |
Penulis | : | Amelia Pertamasari |
Editor | : | Raka |
KOMENTAR