SajianSedap.com - Kolak merupakan salah satu makanan berbuka puasa yang biasanya jadi primadona saat Ramadhan.
Makanan satu ini memang identik dengan hidangan untuk berbuka.
Paduan rasa manis, gurih dan asin dari kolak membuat makanan ini memang menggugah selera.
Isian kolak biasanya bermacam-macam.
Ada yang diisi dengan pisang, ubi, labu, kolang-kaling dan masih banyak lagi.
Namun ada satu makanan unik dair Gresik yang 'agak lain' dari kolak pada umumnya.
Sajian ini adalah Kolak Ayam.
Jika Ayam biasa digoreng atau dimasak menjadi sajian lain untuk lauk, bagaimana sih dengan Kolak Ayam Ini.
Di Kabupaten Gresik, Jawa Timur, adalah sanggring, semacam kolak ayam sebagai menu berbuka puasa bersama di masjid Desa Gumeno, Kecamatan Manyar, Gresik, Jawa Timur.
Tradisi berbuka puasa dengan menu kolak ayam ini hanya berlangsung pada hari ke-22 Ramadhan atau malam ke-23, di masjid Desa Gumeno.
Makanan olahan ayam kampung yang dipadu dengan ketan, santan, jinten, bawang daun dan gula merah ini, sudah menjadi tradisi turun-temurun warga Desa Gumeno karena memiliki sejarah.
Baca Juga: Ngapain Beli Baru Kalau Karat pada Resleting Bisa Hilang dengan Bahan Dapur Ini
Adapun tradisi tersebut bermula ketika Sunan Dalem, anak kedua dari Sunan Giri, mengalami sakit.
Tidak ada obat yang dapat menyembuhkan Sunan Dalem.
Namun, setelah memakan kolak ayam, Sunan Dalem tiba-tiba sembuh.
Akhirnya, makanan ini sering dikonsumsi Sunan Dalem hingga jadi tradisi di Gresik sampai sekarang.
Tradisi sanggring di Desa Gumeno bahkan telah diakui sebagai warisan budaya tak benda, yang kini sudah menginjak usia 498 tahun dan masih dilestarikan hingga saat ini.
Pertama kali, tradisi ini diperingati 22 Ramadhan 946 Hijriyah yang bertepatan pada 31 Januari 1540 Masehi.
Hal menarik lainnya dari pelaksanaan tradisi sanggring kolak ayam di Desa Gumeno adalah para pemasak atau pembuat kolak ayam tersebut semuanya dikerjakan oleh kaum pria.
Menu kolak ayam dimasak warga secara bersama-sama di halaman belakang masjid Desa Gumeno.
Setelah makanan diracik sedemikian rupa, sebelum dihidangkan kepada warga untuk berbuka puasa bersama di masjid, terlebih dulu dilantunkan ayat suci Al Quran, shalawat dan juga doa.
"Kami tetap menjaga mulai dari tanggal pelaksanaan, bahan untuk kolak ayam sampai para pembuat yang harus laki-laki," ucap Su'udi salah satu pembuat Kolak Ayam.
Adapun nama Sanggring berasal dari dua kata, Sang dan Gring.
Baca Juga: Aroma dari Resep Tuna Suwir Masak Woku Ini Langsung Bikin Perut Lapar!
Sang yang artinya raja/penggedhe dan Gring yang berarti gering atau sakit.
Jadi, Sanggring mempunyai arti lebih kurang raja yang sedang sakit.
Hal itu tidak bisa lepas dari sejarah Desa Gumeno yang pada waktu itu terdapat kabar Giri Kedhaton mau diserang oleh Adipati Malang Selatan.
Pada waktu itu yang memerintah Giri Kedhaton adalah Sunan Dalem, yang kemudian memilih ke Desa Gumeno untuk menghindari peperangan.
Sunan Dalem yang beberapa bulan tinggal di wilayah Desa Gumeno lalu mendirikan masjid yang dinamai sesuai namanya.
Namun, setelah masjid itu berdiri, Sunan Dalem jatuh sakit.
Sunan Dalem berusaha mendatangi sejumlah tempat untuk mencari obat, namun usahanya belum membuahkan hasil.
Hingga akhirnya, Sunan Dalem berdoa minta kesembuhan kepada Allah SWT, yang kemudian diberi hidayah melalui mimpi bertemu dengan Sunan Giri dan diberi wasiat untuk membuat sebuah masakan yang terdiri dari ayam, jinten, gula merah, kelapa (santan) dan daun bawang, yang lantas dinamakan kolak ayam dan kini menjadi tradisi.
Untuk melestarikan tradisi hingga sekarang, warga Desa Gumeno selalu melibatkan generasi muda dalam setiap kegiatan.
Anak-anak yang ada di desa diberikan wawasan seputar tradisi kolak ayam, sehingga menjadi suatu tradisi yang diharapkan bakal terus bertahan di tengah gerusan kemajuan Gresik sebagai kota industri.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Menu Takjil Unik di Gresik, Kolak Ayam Wajib Dibuat Laki-laki dan Hanya Dihidangkan Ramadhan Hari Ke-22
Baca Juga: 3 Ciri-ciri Kurma Tak Layak Dibeli, No. 1 Sering Dikira Paling Bagus Kualitasnya
5 Cara Aman Hilangkan Panu di Kulit, Gak Perlu Obat Tetes yang Rasanya Panas saat Dipakai
Penulis | : | Idam Rosyda |
Editor | : | Idam Rosyda |
KOMENTAR